Bone, Globalterkini.Com- Diduga melibatkan oknum anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan sejumlah preman. Kasus terkait insiden penyerangan kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone Sulawesi Selatan, pada 15 September lalu, akhirnya mendapat perhatian serius dari seluruh elemen mahasiswa dan pihak birokrasi Kampus.
Hal tersebut, dibuktikan dengan rentetan aksi yang dilakukan Pihak Dewan Mahasiswa (Dema) dan Senat Mahasiswa (Sema) diikuti sebagian pengurus organisasi, Rabu 10 Oktober, kemudian berlanjut pada Jum’at 12 Oktober 2018.
Dalam aksinya, Dema menuntut pihak birokrasi untuk mencabut laporan yang saat ini tengah bergulir di Kepolisian Resort (Polres) Bone.
Dihari bersamaan, Jum’at, puluhan mahasiswa yang mengatas namakan diri Aliansi Mahasiswa juga turut melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa. Mereka menuntut pihak “Dema dan Sema” bersikap netral.
Selain itu, mereka juga meminta, jika kiranya diantara para pelaku, ada dari pihak Dema maupun Sema yang terlibat, agar segera menyerahkan diri dan mau mengajukan pernyataan pemberhentian dari kepengurusan, serta bersedia menerima sanksi dari pihak kampus, jika terbukti bersalah.
Tuntutan dan pernyataan sikap tersebut ditanda tangani Kuasa Rektor PLT WR 1, PLT WR 3, Kabiro AUAK, Ketua Dema, Sema dan perwakilan Aliansi Mahasiswa usai aksi.
Belakangan, pihak birokrasi berinisiatif melakukan pertemuan, melibatkan Plt Wakil Rektor I, II dan III IAIN Bone, Kapolres, Cq. Kasatreskrim Polres Bone, Kabiro AUAK, Kepala Unit SPI, Kepala Unit P2M, serta para Kajur, dengan mengundang Ketua dan Sekretaris Sema, Dema, HMJ, Mapala dan SSB.
Dalam surat undangan pertemuan yang ditandatangani oleh Plt Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Nursyirwan. Tertuang bahwa waktu pertemuan diagendakan pada Jum’at 19 Oktober 2018.
Usai pertemuan, Ketua Mapala IAIN Bone, A Abu Dzar Nuzul mengaku ada kejanggalan.
“Saya bingung dengan agenda pertemuan kali ini, saya mendengar Muqaddimah Plt Warek III, agenda pertemuan ini, memediasi pihak Mapala dan SSB dengan pihak Dema, Sema, HMJ Syariah, HMJ Tarbiyah dan HMJ DKU. Padahal kami Mapala dan SSB merasa tak memiliki masalah dengan mereka. Komunikasi terakhir saya dengan Ketua Dema, saat membicarakan pembagian beasiswa bagi anggota Ormawa, dan itu membuktikan hubungan kami baik-baik saja. Kalau itu terkait Insiden 15 September, saya bisa berasumsi, bahwa yang melakukan penyerangan adalah oknum PMII, khususnya Komisariat IAIN Bone, kenapa demikian,,?? Saat Anggota SSB diseret ke lapangan futsal lalu dipukul ramai-ramai, seorang dari mereka teriak “Muitani kennana PMII” selain itu, banyak bukti lain, kalau ini melibatkan oknum PMII” Kata Nuzul.
“Juga sebelum penyerangan terjadi, para pelaku penyerangan ini membahas strategi di grup WhatsApp BPH Komsat 2018-2019, jadi kami tak pernah ada masalah dengan pihak Dema, Sema, apalagi Ormawa lain. Sehingga pertemuan ini saya anggap tak tepat, jika untuk membahasa insiden itu apalagi mau dimediasi dengan pihak yang tak terkait, kecuali jika Ketua Dema dan Sema merasa bahwa dia juga terlibat, baru bisa dimediasi. Tadi setelah rapat kita bahkan sempat foto bersama dan saling berjabat tangan, menandakan bahwa Mapala dan SSB tak ada masalah dengan pihak mereka” Tambahnya. (Rilis)
Editor: Indra Mahendra