Bone, Global Terkini- Warga di Jalan Sambaloge Baru, Kelurahan Masumpu, Kabupaten Bone, resah. Sudah sebulan terakhir, air bersih dari Perumda Air Minum Wae Manurung (dulu PDAM) kerap mogok mengalir pada hari kerja. Ironisnya, keluhan itu muncul di tengah kewajiban pembayaran yang tetap berjalan normal setiap bulan.
Isni, salah satu pemilik rumah di kawasan itu, mengatakan aliran air hanya bersahabat saat akhir pekan. Di luar itu, keran nyaris tak pernah mengalir pada jam-jam krusial.
“Kalau senin sampai jumat itu mulai pagi tidak mengalir. Nanti subuh baru mengalir, pagi stop lagi,” kata Isni.
Kondisi tersebut, ujar dia, sudah berlangsung sekitar satu bulan terakhir. Aktivitas harian warga pun terganggu. Mereka harus menampung air dari sisa aliran subuh atau mencari sumber alternatif.
Tak hanya di Jalan Sambaloge Baru, persoalan serupa juga dirasakan warga BTN Pepabri hingga Jalan Husain Jeddawi.
Direktur Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Wae Manurung, Muh Bachtiar Sairing, mengakui masalah itu. Ia menyebut pihaknya masih mencari titik persoalan yang menyebabkan distribusi air tersendat.
“Ditambah kemungkinan jalur pipa kami ada masalah. Hanya, sulit kami deteksi karena dalamnya pipa ter tanam (ukuran 6 inci). Untuk atasi air yang terbatas, kami lakukan bergiliran, walaupun ada yang belum sempat dapat air (pipa belum terisi sampai diujung) dapat giliran lagi,” ujarnya, Senin, 1 Desember 2025.
Menurut Bahtiar, penyebab utama berkurangnya pasokan air berasal dari menurunnya produksi air baku di sumber mata air Wollangi. Debit air yang dulu melimpah kini tinggal sepertiganya.
“Saat ini sudah jauh menurun karena banyaknya tambang-tambang di sekitarnya,” katanya.
Saat ini, produksi air di Wollangi hanya berkisar 40 liter per detik di musim hujan dan 30 liter per detik di musim kemarau. Padahal sebelumnya bisa mencapai 120 liter per detik.
Soal tagihan air, Bahtiar menegaskan bahwa pihaknya hanya berpedoman pada angka meter pelanggan. Namun, Perumda tetap membuka ruang pengaduan bila warga merasa dirugikan.
“1-10 kubik, hanya membayar beban saja. Lebih dari itu pemakaian pelanggan, baru dikenakan tarif air yang sebenarnya,” terang Bahtiar.
Sebagai langkah jangka menengah, Perumda tengah menyiapkan jalur pipa transmisi baru yang selama ini belum pernah dioperasikan. Jalur ini diharapkan menjadi solusi dari persoalan pipa lama yang usianya hampir menyentuh 40 tahun.
“Semoga saja bisa berbeda. Karena pipa transmisi kami yang lama usianya sudah mendekati 40 tahun. Banyak kebocoran yang tidak terdeteksi atau tidak ketahuan,” katanya.
Untuk warga Jalan Sambaloge, BTN Pepabri, dan sekitarnya, Bahtiar memastikan upaya perbaikan masih terus dilakukan.
“Sampai hari ini kami terus mencari cara mengatasi yang di Jl Sambaloge termasuk BTN Pepabri. InsyaAllah, semoga dalam waktu tidak lama, bisa diatasi,” pungkasnya.













