Kolaka Utara, Global Terkini – Betapa pun penting, anjuran membuang sampah pada tempatnya, atau ‘Dilarang Membuang Sampah Disembarang Tempat’ hari-hari ini terasa tak lagi cukup. Tumpukan sampah yang berserakan, senantiasa menimbulkan problem baru dan menjadi sumber penyakit, polusi, bahkan sumber bencana.
Salah satu wilayah di kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, yang produksi sampahnya cukup tinggi adalah kecamatan Ngapa. Dari 15 kecamatan di kabupaten Kolaka Utara, volume produksi sampah dikecamatan Lasusua sebagai wilayah ibukota kabupaten, nyaris sebanding dengan kecamatan Ngapa yang ada di wilayah utara, sekitar 60 kilometer dari kota Lasusua. Kendati belum ada angka pasti tentang kubikasi atau tonase volume sampah, namun akhir-akhir ini tumpukan yang berserakan di beberapa titik, kerap menjadi keluhan dan sorotan dari sejumlah pihak.
Jauh sebelum kabupaten Kolaka Utara terbentuk, kecamatan Ngapa sudah sangat dikenal dengan nama ‘Lapai’ dengan dinamika perekonomian masyarakat yang berkembang pesat sebelum perputaran ekonomi di Lasusua menggeliat sebagai kecamatan ibukota kabupaten. Seiring waktu, Desa Beringin sebagai pusat perekonomian masyarakat, penduduk yang datang kian ramai membuka pemukiman, termasuk di kelurahan Lapai dan desa Lawolatu. Bahkan bantaran sungai lapai telah padat rumah penduduk. Hal ini menimbulkan persoalan baru, seperti masalah sampah dan banjir.
Kondisi tersebut semakin diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat, minimnya sarana prasarana sampah, seperti armada pengangkut dan tempat pembuangan akhit (TPA), menjadi masalah yang vital. Akibatnya, masyarakat membuang sampahnya dibahu jalan propinsi atau jalan desa diantara perkebunan warga. Aroma busuk menyengat dari sampah yang berserakan, jadi pemandangan meresahkan tahun-tahun kemarin. Sementara, tempat pengolahan sampah reduce, reuse, recycle (TPS 3R) yang dibangun antara desa Lawolatu-Purau, juga belum berfungsi maksimal.
Menyikapi masalah ini, camat Ngapa Abu Bakri, S.Sos mengambil tindakan secara komprehensif dalam penanganan masalah sampah diwilayahnya. Seluruh unsur dilibatkan, mulai dari kepala desa, lurah, tokoh masyarakat, pemuda dan para relawan dilibatkan. Selain itu, camat Ngapa juga melakukan kordinasi intens dengan Pj Bupati, Asisten, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan stakeholder lainnya terkait masalah penanganan sampah diwilayahnya.
“kami sudah melakukan kordinasi ke kabupaten agar masalah sampah di kecamatan Ngapa mendapat perhatian serius. Kondisi sampah di Lasusua dan di Ngapa itu nyaris sama, hingga tidak boleh ada pengecualian. Kendala kita di Ngapa adalah masalah armada pengangkut sampah. Sebab baru satu unit mobil sampah yang ditempatkan di kecamatan Ngapa. Sementara, ada empat unit motor, tapi itu sudah tidak layak pakai. Volume sampah dan armada pengangkut sangat tidak berimbang. Artinya, kami berharap agar kabupaten berupaya untuk menambah armada sampah di kecamatan Ngapa”. Kata Abu Bakri
Disebutkan, dari 11 desa 1 kelurahan di kecamatan Ngapa, dua desa dan satu kelurahan membuat komitmen terkait penanganan sampah diwilayah masing-masing. Dua desa ini akan membuat peraturan desa (perdes) soal sampah. walau demikian, pemerintah harus berusaha untuk menyiapkan sarana dan prasarananya sebelum membuat penegasan kepada masyarakat. jika sarana prasarananya sudah lengkap, baru dikeluarkan himbauan berinkut sanksi pelanggaran nya. Ujarnya.
Abu Bakri juga mengungkapkan, soal penanganan sampah wilayah ini, tidak bisa dipandang sebelah mata. Semua pihak memiliki tanggung jawab dan harus terlibat. “akhir-akhir ini saya pagi-pagi sudah keliling desa untuk memantau dititik mana saja warga sering membuang sampahnya, sambil terus menghimbau kesadaran masyarakat. kami juga terus menerus membenahi TPS3R di Purau agar berpungsi dengan baik”. Katanya.
Terkait, Alias seorang staf kecamatan menyebut bahwa “tempat yang kerapkali menjadi tempat pembuangan sampah itu dibahu jalan propinsi menuju Purau. Beberapa titik diantaranya ada dilahan kebun warga yang menuju desa Koreiha dan jalan lingkar pekuburan di dusun tiga. Tapi hari-hari terakhir ini aktivitas tersebut sudah berkurang sejak kita rutin melakukan sosialisasi dan rapat kordinasi dengan melibatkan desa, lurah dan tokoh-tokoh masyarakat. Kalau masalah banjir, titik yang paling parah melanda pemukiman penduduk di dusun tiga dibantaran sungai, sampai ke kantor kecamatan dan di desa Purau”. Tutur Alias
Hal senada juga diungkapkan oleh Masykur, staf kecamatan sekaligus warga desa Beringin. “produksi sampah yang paling tinggi adalah desa Beringin. Menyusul kelurahan Lapai dan desa Lawolatu. Sampah di desa Beringin, sampai saat ini belum bisa tertangani dengan baik akibat rutinitas pengangkutan sampah jadwalnya sangat terbatas. Saya juga belum tau persis apa kendalanya”. Ujar Masykur.
Camat Ngapa berharap, masalah penanganan sampah, dapat tertangani secara baik dengan melibatkan semua pihak, terutama ketersediaan sarana prasarana persampahan. Mengenai pembangunan jalan lingkar sepanjang 600 meter saat ini, merupakan upaya pencegahan agar masyarakat tidak lagi membuang sampahnya di tempat tersebut. Kedepannya nanti, bagaimana sistim pengolahan sampah di kecamatan Ngapa dapat memiliki nilai ekonomis, bukan lagi menjadi sumber masalah. Tandas Abu Bakri
Asri Romansa