Bone, Global Terkini- Pasca terbongkarnya praktik BBM subsidi yang disulap menjadi ladang emas bagi jaringan pebisnis gelap di Bone, Sulawesi Selatan, geliat lobi-lobi pun mulai terasa. Beberapa oknum terlihat berupaya menjembatani pertemuan dengan ED sosok yang disebut-sebut sebagai salah satu pengendali jalur distribusi, untuk mencari “jalan tengah”.
Pelan-pelan, tabir siapa saja yang ikut bermain ikut tersibak. Tak hanya pebisnis swasta, sejumlah aparat penegak hukum (APH) diduga turut terlibat. Jumlahnya lebih dari satu. Nama-nama berinisial HS, SA, AR, bahkan seorang kepala satpam kampus berinisial RU, ikut menyeruak.
Salah satu kunci lancarnya bisnis ini adalah surat rekomendasi dari dinas. Dokumen itulah yang menjadi “tiket” kendaraan para pemain BBM Subsidi untuk keluar-masuk SPBU.
“Ada surat rekomendasi, biasanya satu orang bawa dua surat. Makanya kami kasi,” ujar seorang manajer SPBU ketika ditemui, Jumat 26 September 2025.
Tak berhenti di situ. Ada pula pungutan tambahan yang mereka sebut sebagai biaya pompa. Besarannya Rp 10 ribu per jeriken.
BB, salah satu pemain dengan skala cukup besar, tak menampik bahwa ia telah berkoordinasi dengan banyak pihak.

“Hansip saja tidak kuajak koordinasi,” kata BB, seperti disampaikan seorang sumber.
BB sendiri mengaku baru sekitar tiga hari beroperasi. Ia membeli solar subsidi dengan harga Rp270 ribu per jeriken. Barang itu dibawanya ke Wajo, Kecamatan Bola, lalu diteruskan ke Morowali, Sulawesi Tengah.
Menurut pengakuan pelaku lain, bisnis ilegal ini biasanya mencapai puncaknya pada pertengahan tahun.
“Suplai BBM subsidi biasanya mulai marak di bulan Juli hingga November. Tergantung kebutuhan perusahaan juga,” ungkapnya.
Arah pengiriman pun tidak hanya ke Sulawesi Tengah. Solar subsidi ini juga diduga dikirim ke Sulawesi Tenggara. Jalurnya beragam melewati Pallette, yang kabarnya kini dihentikan sementara, hingga Pelabuhan Bajoe.











