Bone, Global Terkini- Sejumlah petani kembali mengeluhkan tingginya harga pupuk bersubsidi yang beredar di tingkat kelompok tani. Meski pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), namun di lapangan harga yang dibayar petani justru jauh lebih mahal.
Informasi yang dihimpun, banyak ketua kelompok tani diduga menerima jatah khusus pupuk dari pengecer, kemudian menjualnya kembali kepada anggota kelompok dengan harga yang melampaui HET.
Seorang petani di kecamatan Cina mengaku harga pupuk yang harus dibayar sangat memberatkan, bahkan mencapai Rp115 ribu per zak, dan petani masih harus menjemput sendiri.
“Rata-rata ketua kelompok jual pupuk entah dapat dari mana jatah pupuk yang bisa dijual. Harga yang kami bayar sampai Rp115 ribu per zak, sangat memberatkan,” katanya, Jumat, 12 Desember 2025.
Masih di kecamatan sama, petani lain juga mengeluh, karena saat ini penjual bahkan tidak mau lagi melayani petani yang beberapa waktu lalu mengadu soal harga di atas HET.
“Ini HB kemarin yang arahkan saya ke ini penjual pupuk, tapi saat saya mau beli dengan harga Rp115 ribu, jemput sendiri, tiba tiba ditolak saat saya mau membayar.” keluhnya.
Modus ini disebut-sebut terjadi dibeberapa desa. Para ketua kelompok diduga memanfaatkan akses mereka untuk mendapatkan pasokan pupuk lebih dulu dari pengecer, lalu mendistribusikannya kepada petani dengan tambahan biaya yang jauh di atas HET.
Praktik ini menimbulkan keresahan karena petani sudah kesulitan menutupi biaya produksi, sementara pupuk yang seharusnya dijual sesuai ketentuan justru dimonopoli.
