EkonomiHukrimNewsPeristiwaRagam

Bayi Diduga Korban Malapraktik Meninggal Dunia, Keluarga Adukan Klinik Nur Annisa ke Polisi

8145
×

Bayi Diduga Korban Malapraktik Meninggal Dunia, Keluarga Adukan Klinik Nur Annisa ke Polisi

Sebarkan artikel ini
Bayi Muh Arshaka diduga menjadi korban malapraktik di Klinik Nur Annisa Islamiah.

Bone, Global Terkini – Bayi baru berumur satu bulan meninggal dunia setelah sempat mendapatkan perawatan di Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Tenriawaru. Sebelumnya, bayi tersebut dirawat di Klinik Nur Annisa Islamiyah, Jl Sungai Musi, Bone, Sulawesi Selatan.

Diduga sang bayi bernama Muh Arshaka itu menjadi korban Malapraktik di Klinik tersebut, ibu korban tidak terima, kemudian membuat surat pengaduan ke Mapolres Bone. Dia didampingi Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pembela Rakyat, Sumber Aspirasi (Perkasa), Andi Arman.

Dalam suratnya, Novitasari (Ibu korban) menguraikan kronologi peristiwa pilu yang dialaminya sebagai berikut.

– Pada hari jumat tanggal 2 juni, sekitar jam 12 siang saya beserta keluarga membawa anak saya ke Klinik Nur Annisa Islamiah dengan keluhan batuk dan sesak, setelah diperiksa oleh Dokter Ahmad Gasim di sarankan agar dirawat inap di klinik tersebut.

– Anak saya di rawat selama kurang lebih 5 hari 4 malam dan beberapa kali mendapatkan tindakan berupa Infus di tangan sebelah kanan serta suntikan ke cairan infus, namun selang 2 hari infusnya dipindahkan ke tangan sebelah kiri karena tangan yang sebelumnya bengkak.

– Berselang 1 hari tangan yang kiri itu pun bengkak, sehingga kembali dipindahkan ke kaki sebelah kiri, lagi-lagi kakinya juga bengkak, karena hal tersebut sehingga infus dibuka dan sudah tidak mendapatkan tindakan apa-apa.

Baca Juga :   Polisi Segera Lakukan Gelar Perkara Kasus Istri Oknum PM

– Dokter lalu menyarankan supaya diinfus kembali, keluarga merasa ragu karena tangan yang sebelumnya membengkak semakin parah, kami pun meminta kepada pihak dokter agar keluar dari klinik, dan akhirnya tangan yang bengkak karena diduga pengaruh infus itu tidak lagi mendapatkan perawatan.

– Terkait tangan yang bengkak tersebut, dokter hanya menyarankan agar diolesi minyak kayu putih, hingga pada hari Rabu tanggal 7 Juni 2023 sekitar jam 2 siang kami akhirnya membawa anak kami pulang ke rumah.

– Inisiatif keluar dari klinik dilakukan karena kami khawatir jika tidak ada lagi cairan infus yang masuk, apa lagi selama proses perawatan anak tersebut dilarang untuk di beri susu formula maupun Asi.

– Sesampainya di rumah kondisi anak kami semakin menurun dan mengalami kejang kejang, juga sudah tidak ingin minum susu.

– Akhirnya pada Rabu malam tanggal 7 juni 2023 sekitar jam 10, kami kembali membawa anak kami ke RSUD Teriawaru, sesampainya di UGD, pihak RSUD menyampaikan jika anak kami kekurangan cairan, perawat kesulitan untuk melakukan infus karena diduga, selain kekurangan cairan, tangan dan kaki yang sebelumnya diinfus (di Klinik -Red) tersebut semakin membengkak dan berwarna kehitam-hitaman, saat itu pula pihak RSUD memberikan bantuan pernapasan tabung oksigen.

Baca Juga :   Tim SAR Gabungan Evakuasi 4 Korban Terjebak Banjir

– Pada saat masuk di ruangan NICU salah satu perawat menyampaikan, jika untuk tangannya sementara telah dilakukan injeksi oleh dokter ahli bedah dan kemungkinan jika tidak diamputasi maka akan dilakukan pembedahan di bagian tangan yang bengkak.

Demikian uraian peristiwa sampai akhirnya bayi malang tersebut meninggal dunia pada hari Jumat 9 Juni 2023.

Ketua LSM Perkasa, Andi Arman saat ditemui di Mapolres Bone beberapa waktu lalu mengaku akan terus mendampingi keluarga korban demi mendapat keadilan.

Sementara itu, Pimpinan Klinik Nur Annisa Islamiah sekaligus dokter yang sempat menangani korban, dr Ahmad Gasim membantah pihaknya melakukan malapraktik. Menurutnya, semua sudah dilakukan sesuai prosedur.

” Secara logika tidak ada itu malapraktik karena penanganannya sesuai ji, yang masalahnya dia ji yang tidak mau dirawat, dan kalaupun lanjut dirawat sini, dan itu mengenai tangannya yang bengkak, tidak ada di sini, di Rumah Sakit pi, karena kasus infeksi sekunder namanya itu, berangsur cepat sekali, apa lagi dia tidak dilindungi dengan obat, kan tidak mau diinfus, ” Kata dr Ahmad Gasim.

Namun ketika ditanya soal infus yang berulangkali dipindahkan dari tangan ke kaki di awal penanganan, dia tidak membantah jika memang terjadi bengkak, namun menurut dia, waktu itu bengkak yang dialami korban belum begitu parah dan masih dianggap wajar sebagaimana bengkak disebabkan infus pada umumnya. Apa lagi kata dia, korban rewel saat hendak akan diinfus.

Baca Juga :   Siswa Ditikam di Asrama, Pihak SUPM Bone Bilang Begini

” Orang tuanya juga tidak kooperatif, tidak na jaga anaknya, jadi anaknya sesak nafas orang tuanya tidur, ” Ujarnya.

” Jadi itu jarum, eh sebenarnya bukan jarum, plastik ji, kalau banyak goyang keluarki dari pembuluh darah, tembus, itulah yang lama-lama bikin radang, ” Tambahnya.

Selain keluar paksa, dia juga menjelaskan jika BPJS yang digunakan korban menunggak pembayaran.

Lebih jauh, dr Ahmad Gasim juga menegaskan jika penyebab meninggalnya korban bukanlah karena bengkak pada tangannya. Namun kemungkinan karena penyakit yang diderita.

” Itu penyakitnya pneumonia, infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru, yang dapat berisi cairan, ” Kata dr Ahmad Gasim lagi sembari melihat keterangan tentang pneumonia di ponselnya.

Bayi malang itu kini sudah tidak ada lagi, dia telah pergi untuk selamanya, hanya duka yang tersisa menyelimuti keluarga, tidak banyak yang diharapkan Novitasari sebagai ibu yang kehilangan bayi, dia hanya berharap ada keadilan sebagai pelipur lara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *