Mamasa, Global Terkini- Sebuah momentum krusial yang menandai babak baru ketahanan pangan di Kabupaten Mamasa terukir hari ini. Bupati Mamasa, Welem Sambolangi, turun langsung di sentra agraria Desa Salubulo, Kecamatan Bambang, untuk menginisiasi penanaman 2.000 pepaya California, Rabu 12 November 2025.
Kunjungan ini bukan sekadar seremoni, melainkan panggung bagi Sang Bupati untuk mengumandangkan dektrin kemandirian pangan yang berbasis inovasi dan keunikan potensi desa.
Di hadapan para kader Posyandu, perangkat desa, dan kelompok tani, Bupati Welem melayangkan apresiasi setinggi-tingginya kepada Desa Salubulo yang berhasil mengharumkan nama Mamasa dengan meraih penghargaan nasional.
“Jangan biarkan rakyat bergumul dengan masalahnya, jangan biarkan kelompok tani menggumuli kekurangannya,” cetusnya, menegaskan filosofi pelayanan publik yang harus menjangkau hingga ke pelosok.
Dana Desa sebagai Katalis Inovasi Komoditas Unggulan
Sorotan utama dari pidato Bupati adalah kebijakan strategis terkait Dana Desa (DD). Beliau menekankan perlunya verifikasi ketat terhadap alokasi DD untuk sektor ketahanan pangan.
“Saya minta PMD, dalam penyusunan RPJMDes 2026, tolong diasistensi betul dana desa yang diperuntukkan untuk ketahanan pangan. Kalau tidak punya inovasi ketahanan pangan, jangan disetujui,” tegasnya.
Bupati Welem mewanti-wanti agar program tidak seragam, melainkan harus merefleksikan potensi unik dan spesifik setiap desa. Inilah esensi dari revolusi agraria yang ia gagas, menetapkan komoditas unggulan yang cocok, memastikan pola tanam yang terbukti, dan mengeliminasi praktik pengadaan bibit yang hanya didasarkan pada kepentingan sesaat.
“Setiap desa ke depan, secara khusus peruntukan untuk swasembada pangan atau ketahanan pangan, harus punya produk unggulan atau produk inovasi. Tidak harus sama. Bisa ada desa lombok, desa tomat kalau memang cocok,” papar Welem.
Mengejar Swasembada Gizi dan Kedaulatan Pasar Lokal
Program penanaman pepaya California ini sendiri merupakan inisiatif brilian dari Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Salubulo. Uniknya, desa ini juga dikenal sebagai lumbung kakao, dengan volume panen fantastis mencapai 50 ton per musim, sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Desa, Rinto. Sinergi antara dua komoditas ini diharapkan menjadi model bagi desa lain.
Bupati Welem juga menyoroti peran sentral pendampingan teknis dan penyuluh dalam mengoptimalkan fungsi lahan dan meningkatkan efisiensi produksi.
Ia berharap hasil bumi lokal, seperti pepaya, kakao, dan komoditas unggulan lainnya dapat segera mensuplai kebutuhan pasar lokal, termasuk program strategis seperti makan bergizi gratis, yang selama ini masih bergantung pada pasokan luar (Pak Gandeng).
“Kita berharap Pak Gandeng akan jenuh sendiri datang di Mamasa, karena orang tidak akan tertarik, pertama akan jauh lebih murah dibanding harganya terjangkau, kualitasnya terjamin,” ujarnya optimis.
Gotong Royong dan Kesadaran Bersama: Pilar Kemajuan
Menutup sambutannya, Bupati Mamasa menekankan bahwa visi kemajuan ini tidak akan tercapai tanpa rasa kekeluargaan, gotong royong, dan kekompakan. Beliau menyinggung pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai refleksi dari kesadaran kolektif.
“Gotong royong sudah kelihatan di Salubulo. Saya senang, masuk bersih sekali. Dan jangan bersih hanya karena Bupati mau datang. Mari kita sadar bahwa kebersihan adalah tanggung jawab kita,” pungkasnya.
Kunjungan ini menegaskan komitmen Bupati Welem Sambolangi untuk menempatkan desa sebagai subjek utama pembangunan.
Melalui Dana Desa yang inovatif dan pendampingan yang maksimal, Mamasa bergerak menuju era kemandirian pangan, mengubah tantangan agraria menjadi peluang emas bagi kesejahteraan petani.











