Sergai, Global Terkini. Com – Untuk mempererat tali silaturrahim, Masyarakat Suku Jawa se Kabupaten Serdang Bedagai mengadakan Halal bihalal, Sabtu malam, 23 Juni 2018 kemarin.
Acara tersebut dilaksanakan di Lapangan Bola, Dusun Delima Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai)
dan dihadiri oleh Bupati Sergai, Ir. H. Soekirman, bersama wakilnya, Darma Wijaya. Tampak pula beberapa tokoh masyarakat Sumatera Utara, yaitu H. Djarot, Syaiful Hidayat, DR. H. Tengku Erry Nuradi, M.Si, Para pengurus paguyuban Jawa se Sergai serta beberapa tokoh Agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan masyarakat.
Dalam sambutannya, Bupati Sergai Ir. H. Soekirman, mengungkapkan rasa syukur pada Allah atas karuniaNya sehingga acara tersebut dapat terselenggara dengan khidmat dan penuh suka cita. “Esensi dasar dari halal Bihalal adalah bermaaf-maafan yang diwujudkan dalam bentuk sungkem dan saling hormat antara yang muda kepada yang tua” ujarnya
Lanjut dikatakan, jaman teknologi saat ini, kita dapat mengirimkan maaf melalui perangkat seluler. Namun tidak bertemu muka secara langsung serta menikmati makanan yang disediakan tidak dimakan bersama.
Artinya halal Bihalal adalah bertemu langsung. Apa gunanya kita mengaku bersaudara namun tidak dapat bertatap muka dan saling memaafkan sebagai bentuk silaturrahim yang sebenarnya. Jelas Soekirman
Pada hakikatnya, memahami budaya Jawa adalah dari mana kita datang. Sebab dalam catatan sejarah, suku jawa yang ada di Sumatera ini berasal dari para kesatria kerajaan Diponegoro yang tidak terima dijajah oleh Belanda, kemudian hijrah ke Sumatera pada tahun 1830 silam. Dalam adat jawa, kita di ajarkan untuk menghormati yang lebih tua dengan tata krama dan sopan santun.
Sebagai orang Jawa, saya ingin mengingatkan kembali bahwa hidup ini hanya sebentar. Maka kita harus bisa mencari pemimpin yang memahami rakyat, membangun jati diri, masyarakat dan seluruh warga Indonesia sebagaimana philosofi jawa “memayu hayune bawono”. Siapapun nanti pemimpin yang terpilih, kita mengharapkan pemimpin tersebut sesuai perkataan dengan perbuatannya, serta tidak korupsi. Karena akan merugikan negara dan masyarakat itu sendiri. Ungkap Soekirman.
Lanjut kata dia, kegiatan ini sangat baik dalam rangka membangkitkan kecintaan kepada seni dan budaya terutama wayang kulit yang semakin tidak populer dikalangan masyarakat khususnya kaum muda. Dari segi restorasi budaya, kegiatan ini adalah untuk menjawab tantangan tersebut agar seni budaya tetap terjaga dan dilestarikan. Saya mengharapkan nantinya dibangun monumen diaspora guna melestarikan budaya dalam kehidupan masyarakat Sumut. “Kalau tidak kita yang melestarikan, siapa lagi, dan kalau bukan sekarang, kapan lagi” jelas Soekirman
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Sumut yang juga mantan Gubernur Sumatera Utara, Dr. Ir. H. Tengku Erry Nuradi, M.Si, menyampaikan apresiasi atas dilaksanakannya kegiatan ini.
“Kita bersyukur di Indonesia memiliki banyak agenda silaturahmi, salah satunya adalah Halal Bihalal yang menjadi ciri khasnya Indonesia.
Silaturahmi tentu sangat penting karena dapat menambah informasi, teman, serta umur dan rezeki yang berlimpah” ujar Tengku Erry Nuradi
Jika berbicara Sergai, kata dia, kehadiran kita disini ibarat pulang kampung sebagai tempat kita pernah bersama selama belasan tahun yang lalu dan sekarang telah banyak pembangunan yang terlaksana. Olehnya itu, ucapan terima kasih ia sampaikan kepada seluruh masyarakat Sergai yang telah mendukung pembangunan seperti hadirnya jalan tol yang melewati kabupaten Tanah Bertuah Negeri Beradat ini sebagai bentuk perhatian pemerintah.
Untuk itu dihimbau kepada masyarakat untuk mensukseskan pesta demokrasi yang akan kita jalani beberapa hari kedepannya dengan hadir ke TPS dan menggunakan hak pilihnya secara bijaksana untuk memilih pemimpin yang dapat mengayomi seluruh masyarakat, jujur, berintegritas tinggi serta berkomitmen mensejahterakan masyarakat Sumut.
Saat yang sama, sambutan H. Djarot Syaiful, juga tokoh masyarakat mengungkapkan rasa bangga atas antusiasme masyarakat Sergai yang hadir pada malam hari itu. “Filosofi orang jawa itu sangat dalam, namun kaum muda sudah mulai lupa. Oleh sebab itu, pada malam yang baik ini mari lestarikan budaya dan tidak lupa kepada asal usul budaya kita sendiri. Saya mendukung dibangunnya monumen diaspora sebagai bentuk penjiwaan budaya dan adat istiadat yang tak lain adalah cerminan asli masyarakat Indonesia” urai H. Djarot
Acara tersebut akhirnya ditutup dengan menghibur masyarakat melalui pertunjukan kesenian wayang kulit oleh dalang Sunadi Gempa Harsono dan dalang muda Bayu Gunawan.
Kontributor : Budi Lubis